Senin, 10 Desember 2012

Semua Masuk Surga Kecuali yg Tidak Mau

Semua manusia pasti akan masuk surga, kecuali orang yang tidak mau. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang enggan?” Beliau menjawab, Barangsiapa yang taat kepadaku dia masuk surga dan barang siapa yang melanggar perintahku dia tidak mau.” (HR. Bukhari). Dari hadits ini ada sebuah pelajaran bagi semua umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa selama mereka istiqamah, komitmen, ber-iltizam dalam memegang petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam maka mereka akan dimasukkan ke Surga. Namun sebaliknya bagi mereka yang enggan tidak mau mengikuti petunjuk Rasulullah maka dia akan masuk neraka yang abadi. Sebagaimana Firman Allah :
……Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thahaa: 123)

Misi dan Tugas Rasulullah
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan manusia dalam kondisi yang sempurna, namun setelah penciptaannya manusia tidak dibiarkan begitu saja tanpa petunjuk, maka diutuslah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusannya untuk menyampaikan petunjuknya. Atau dalam istilah lain yaitu pembawa hidayah. Hidayah adalah petunjuk yang secara halus menunjukkan dan mengantarkan kepada sesuatu yang dicari. Dan yang paling dicari manusia –semestinya- adalah keselamatan akhirat khususnya dan keselamatan dunia. Untuk mendapatkannya, Allah telah memberi bekal bagi setiap manusia dengan berbagai arahan yang akan membawanya menuju keselamatan. Namun Allah juga memberinya pilihan. Sehingga ada yang mengikuti petunjuk lalu selamat dan ada yang enggan mengikuti petunjuk lalu celaka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir”. (Al-Insaan: 3)

Tahapan Hidayah
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan, bahwa Allah telah memberikan petunjuk secara halus kepada setiap manusia agar selamat hingga hari kiamat, bahkan sejak hari kelahirannya. Beliau menyebutkan: Tahapan pertama adalah memberikan a- hidayah al-amah, hidayah yang bersifat umum yang diberikan kepada setiap manusia, baik yang beriman maupun yang kafir, yaitu petunjuk berupa insting, akal, kecerdasan, dan pengetahuan dasar agar makhluknya bisa mencari dan mendapatkan berbagai hal yang memberinya maslahat. Tahapan kedua adalah hidayatul irsyad yaitu petunjuk berupa arahan dan penjelasan yang akan mengantarkan manusia kepada keselamatan dunia-akhirat. Hidayah ini adalah hidayah yang disampaikan oleh Rasulullah.Tahapan ketiga adalah hidayatut taufiq adalah petunjuk yang khusus diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki Allah. Hidayah ini yang menuntut seseorang beriman dan beramal sesuai tuntunan Rasulnya. Hidayah ini adalah buah dari hidayatul irsyad.

Hidayah Harus Dicari Bukan Dinanti
Hidayah al-amah kita semua sudah memilikinya. Adapun hidayah di akhirat, bukan lain adalah buah dari hidayah yang kedua dan ketiga. Sehingga yang harus dicari semasa hidup di dunia adalah hidayatul irsyad dan hidayatut taufiq. Ibnu katsir menjelaskan hidayah yang kita minta dalamsurat Al-Fatihah adalah dua hidayah tersebut.
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari Ibn Al-Musayyab, bahwa bapaknya berkata: “Tatkala Abu Thalib akan meninggal, datanglah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya, dan pada saat itu ‘Abdullah bin Abu Umayyah serta Abu Jahl berada di sisinya, maka beliau bersabda kepadanya: “Wahai pamanku! Ucapkanlah “Laa ilaha illa Allah” suatu kalimat yang dapat aku jadikan bukti untukmu di hadapan Allah.”Tetapi disambut oleh ‘Abdullah bin Umayyah dan Abu Jahl: “Apakah kamu membenci agama ‘Abdul Muthallib?” Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi sabdanya lagi, akan tetapi mereka berdua pun mengulang-ulangi kata-katanya itu pula. Maka akhirnya kata yang diucapkannya, bahwa dia masih tetap pada agama ‘Abdul Muthallib dan enggan mengucapkan “Laa ilaha illa Allah” maka dia mati dalam kemusyrikan dan akhirnya di akhirat dia masuk neraka yang abadi.

Begitulah yang namanya hidayah meskipun ia paman nabi yang senantiasa menolong nabi, melindungi nabi tapi kerena enggan menerima hidayatul irsyad dari nabi maka ia tidak dapat hidayatut taufiq maka ia mati dalam kekafiran. Namun lain halnya dengan ‘Umar bin Khaththab yang dulunya ia adalah manusia yang senantiasa memusuhi nabi bahkan akan membunuh nabi tapi ketika Allah telah memberinya hidayah taufiq maka ia berubah 180o jadi pembela, pelindung, bahkan rela mati demi membela nabi dan akhirnya ia termasuk 10 orang jadi ahlul jannah.

Penghalang Hidayah
Adabeberapa hal yang akan menghalangi masuknya cahaya hidayah ke dalam hati yang akhirnya ia mendapatkan derita abadi, di antaranya: Pertama, minimnya pengetahuan dan penghargaan nikmat hidayah. Kebanyakan manusia pandai dalam urusan dunia tapi mereka bodoh dalam urusan akhiratnya akhirnya ia jadikan dunia sebagai tujuan hidupnya dengan mengabaikan akhiratnya. Allah berfirman :
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.(QS. Ar-Ruum: 7)
Kedua, Hasad dan sombong. Dua jenis penyakit rohani ini yang menjadi sebab Iblis menolak hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, akhirnya ia diusir dari surga dan di akhirat ia masuk neraka. Ketiga, Jabatan. Hal ini seperti Heraklius dia tahu kebenaran nubuwat Rasulullah melalui penjelasan dari Abu Shafyan, tapi kerena jabatan ia tetap dalam kekafiran dan mati pun dalam kekafiran.

Jalan mendapat hidayah hindari derita
Selain sebab-sebab yang bisa menghalangi hidayah, ada juga sebab-sebab untuk mendapatkan hidayah di antaranya: Senantiasa ber-tauhid dan menjauhi syirik dengan menjalankan semua perintahnya dan menjauhi larangannya, senantiasa ber-inabah, bertaubat dan kembali kepada Allah, serta ber-I’tisham, berpegang teguh kepada kitabullah dan jangan lupa berdo’a dan berusaha keras mencarinya. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang senantiasa mendapatkan hidayah dari-Nya dan terhindar dari siksa-Nya. Amiin. (Abu Mazaya)

sumber: http://majalahalqalam.wordpress.com/2011/04/23/derita-abadi-karena-enggan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar